Papatong atau capung dalam bahasa
Indonesia adalah hewan yang sangat familiar dimasyarakat, di masyarakat
Indonesia sendiri capung memiliki mitos yang masih melekat di masyarakat
yaitu capung dapat menghilangkan
kebiasaan anak kecil mengompol dengan menaruhnya di pusar anak. Dan juga Capung
juga dijadikan mainan yaitu ekor capung diikat oleh tali dan anak – anak mengejar
mengikuti kemana arah terbang capung.
Dua hal diatas mungkin sekarang
sudah jarang ditemui dimasyarakat selain karena masyarakat sudah modern tetapi
capung sendiri sudah sulit ditemukan terutama di daerah perkotaan. Sebelum kita
bahas soal kelangkaan capung di perkotaan mari kita mengenal hewan capung lebih
dekat
Capung
Capung atau sibar-sibar dan
Capung Jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata.
Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka
bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Namanya dalam bahasa
daerah adalah papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn),
tjapung
Capung (subordo Anisoptera)
relatif mudah dibedakan dari capung jarum (subordo Zygoptera). Capung umumnya
bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke
samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa
jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan
hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. (sumber
: Wikipedia)
Capung dan Lingkungan
capung sebenarnya sangat penting
dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, Capung ternyata memiliki
peran penting bagi pertanian karena capung adalah predator alami hama yang
mengganggu tanaman pertanian terutama padi, bahkan Capung juga dalam masa menjadi
larva juga memangsa jentik-jentik nyamuk sehingga dapat mengurangi populasi
nyamuk. Sebuah fakta yang sangat menarik tetapi jarang orang yang mengetahuinya
terutama oleh generasi muda sekarang. Saat ini populasi dan keberagaman Capung
banyak berkurang berbanding lurus dengan kondisi lingkungan yang semakin lama semakin
rusak, kenapa faktor lingkungan kotor berpengaruh terhadap keberadaan hewan ini
karena Capung membutuhkan perairan dan lingkungan yang baik agar terus
berlangsung kehidupannya. Capung adalah hewan yang mengalami metamorphosis dan
capung sebelum masa dewasa berbentuk Larva, dan larva capung sendiri tidak bisa
bertahan dalam air yang sudah tercemar. Nah sifat inilah yang bisa kita jadikan
salah satu indikator (bioindikator) kalau
kita masih bisa bertemu banyak capung maka pertanda bahwa perairan di sekitar lingkungan
itu masih bersih.
Ketika wabah demam berdarah
terjadi dimasyarakat selain dari penyebab lingkungan yang kotor yaitu banyak
genangan air dan sampah tempat berkembangbiak nyamuk, ada juga pengaruh dari berkurangnya
atau bahkan hilangnya musuh alami nyamuk salah satunya yaitu capung. Sebagai larva
capung memakan jentik – jentik nyamuk dan sebagai capung dewasa memakan nyamuk
dewasa.
Dari fakta diatas jelaslah
peranan penting Capung ternyata menjadi salah satu komponen penting yang
penjaga ekosistem lingkungan agar tetap seimbang. Menjaga lingkungan tidak
hanya dilakukan dengan hal – hal yang besar, tetapi hal kecil seperti menjaga
lingkungan rumah sendiri, menjaga sumber – sumber air, dapat berpengaruh besar
terhadap lingkungan yaitu terjaganya ekosistem tetap seimbang. Hal kecil dengan
menjaga mahluk kecil bernama capung dapat berdampak luas terhadap lingkungan.
Tong tong papatong
Dibéré cau sapotong
Ari béak ménta deui
Teup, teup, teup
Ari eunteup jang Si Ujang.
beberapa foto yang diambil dipekarangan rumah penulis :
0 komentar:
Posting Komentar